Hiu karpet berbintik (Hemiscyllium freycineti)
Berpola kulit yang indah, hiu ini memiliki kemiripan yang luar biasa dengan kulit macan tutul. Heksagonal cokelat bintik, dengan pusat-pusat pucat, penuh di seluruh tubuh bagian atas. Kecil bintik-bintik gelap menutupi moncong, dan besar, gelap yang terletak tepat di belakang sirip dada. Kedua sirip punggung dan sirip anus ditempatkan di belakang tubuh. Habitatnya pada air dangkal di terumbu karang, pasir dan rumput laut yang lebat, berada di daerah papua
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
panjangnya bisa mencapai 2-4 meter, tingginya 170 cm dan beratnya mencapai 900-2.300 kg. Statusnya sangat terancam, WWF melidungi hewan ini, badak Jawa adalah salah satu mamalia besar paling langka di dunia. Nama rhinoceros berasal dari bahasa Yunani untuk ‘nose horn’, dan badak Jawa memiliki satu tanduk di moncongnya itu, seperti tanduk badak, tidak memiliki inti yang kurus tapi terdiri dari serat keratin. Dewasa dalam warna abu-abu, dan memiliki penampilan yang berlapis baja disebabkan oleh lipatan dalam kulit berbulu. Kita dapat menemui hewan ini di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Babirusa Sulawesi (Babyrousa celebensis)
Tergolong kedalam hewan yang rentan kepunahannya terdaftar di dalam data hewan yang hampir punah di dunia. Babirusa Sulawesi jelas diketahui menghuni semenanjung utara dan utara-bagian timur Sulawesi, dan jangkauan dapat juga meliputi pusat, timur dan selatan-timur Sulawesi, meskipun studi lanjut pada penggolongan/taksonomi hewan ini diperlukan sebelum hal ini dapat dikonfirmasi. Beratnya mencapai 600 kg, hidup di hutan hujan dan beriklim tropis.
Maleo (Macrocephalon maleo)
Ukurannya 55-60 cm, termasuk ke dalam hewan yang terancam populasinya. Habitatnya di Sulawesi dan Pulau Buton. Tinggal di dataran rendah dan pantai. Burung mencolok ini memiliki khas kurus, gelap pada mahkota pelindung kepala, wajah berwarna kekuningan. Paha yang hitam, dan perut putih, dengan warna merah muda pada dorsal (dada). Burung langka ini biasanya diam, tetapi, terutama di sekitar sarang sangat menjaga, dapat memancarkan suara sangat luar biasa. Ini termasuk ringkikan keras dan, ketika dalam perebutan, seperti bebek ber-kwek.
Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis)
Panjang ekor: 40 cm, Kepala+ panjang badan: 180 cm, jantan tinggi: 27-37 cm, betina height: 18-26 cm. Spesies ini endemik untuk pulau Sulawesi Indonesia, di mana jangkauan membentang sekitar 5.000 km². Sesuai dengan namanya jenis ini mendiami hutan dataran rendah. Anoa ini juga terdapat di daerah berawa dan di masa lalu tercatat dari daerah pesisir.
Kelelawar berjenggot coklat dan ekor selubung (Taphozous achates)
Kelelawar ini masih memiliki data yang kurang, tapi habitatnya adalah Indonesia. Belum begitu banyak yang di ketahui tentang Kelelawar ini
Kus-kus Sulawesi (Strigocuscus celebensis)
Panjang badan dan ekornya hampir sama, dengan panjang kepala-badan: 294-380 mm, panjang ekor : 270-373 mm. Kuskus Sulawesi kecil adalah mungil, seperti possum marsupial, dengan lembut, pucat dan bulunya agak jarang. Endemik dari Indonesia, kuskus ini hanya ada di Sulawesi dan pulau-pulau dekat Sangihe, Siau dan Muna.
Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
Panjang kepala-badan: 150 cm, ekor: 24 cm, tinggi bahu: 70 cm, Tanduk: 15 – 20 cm. Anoa gunung adalah hewan yang terancam punah, hewan ini adalah subfamili sapi liar, namun karena ukurannya yang kecil lebih mirip dengan rusa. Anoa gunung hewan endemik Indonesia, ada hanya di provinsi Sulawesi dan pulau dekat Buton. Sangat sedikit yang diketahui tentang preferensi habitat anoa gunung, karena itu adalah pemalu dan sedikit yang mempelajarinya. Hewan ini diketahui hidup di ketinggian antara 500 dan 2.000 meter, namun laporan-laporan berbeda pada habitat lain. Ada yang mengatakan bahwa anoa pegunungan mendiami wilayah hutan lebat yang terdiri dari beragam vegetasi, sedangkan laporan lainnya mereka suka area hutan yang relatif terbuka dengan kepadatan tanaman dan sumber-sumber air.
Jalak bali (Leucopsar rothschildi)
Panjang: 25 cm, Berat 85-90 gr. Populasinya sangat terancam,jalak Bali merupakan salah satu burung paling langka di dunia dan relatif baru bagi ilmu pengetahuan menjadi yang pertama dijelaskan pada 1912 oleh Walter Rothschild. pada jalak bali dewasa memiliki sayap putih dengan strip hitam, ekor tipis dan biru di sekitar mata. Hewan endemik bagi pulau Bali di Indonesia dan sebelumnya ditemukan di sepanjang barat laut dari pulau ketiga. Mendiami hutan monsun dan akasia sabana.
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu)
Tarsius adalah makhluk
nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan
Sulawesi Utara hingga
Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu,
Selayar, dan
Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "
balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)
Harimau Sumatra hanya ditemukan di Pulau
Sumatra di
Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia
IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di
Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.
[2]
Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor
harimau terbunuh antara 1998 dan 2000.
Gajah Sumatra ( Elephas Indicus Sumatrae)
Gajah Sumatera adalah
subspesies dari
gajah Asia yang hanya berhabitat di
pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies
gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
Cendrawasih (Paradisaeidae)
Cendrawasih atau
cenderawasih adalah nama berbagai jenis
burung pengicau (Passeriformes) dari famili
Paradisaeidae. Beberapa jenis di antaranya adalah
biawak komodo (Varanus komodoensis)
Komodo, atau yang selengkapnya disebut
biawak komodo (
Varanus komodoensis[1]), adalah
spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau
Komodo,
Rinca,
Flores,
Gili Motang, dan
Gili Dasami di
Nusa Tenggara.
[2] Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat
ora.
[3]
Termasuk anggota famili
biawak Varanidae, dan
klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3
m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala
gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya
mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju
metabolisme komodo yang kecil.
[4][5] Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi
predator puncak yang mendominasi
ekosistem tempatnya hidup.
[6]
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya
IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang
rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah
taman nasional, yaitu
Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70
cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.
Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat
kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.
[2]
Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan
elang brontok (
Spizaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang,
klii-iiw atau
ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat
kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya
Bekantan (Nasalis larvatus Kahau)
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya
Nasalis larvatus adalah sejenis
kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua
spesies dalam
genus tunggal kera
Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah
hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies
jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh
seleksi alam. Kera
betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai
monyet Belanda. Dalam
bahasa Brunei (
kxd) disebut
bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan
endemik di
hutan bakau,
rawa dan
hutan pantai di pulau
Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Bekantan merupakan
maskot fauna provinsi
Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam
IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam
CITES Appendix
Owa jawa (Hylobates moloch)
Owa jawa adalah sejenis
primata anggota
suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara 1.000 – 2.000 ekor saja,
kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa jawa menyebar terbatas (
endemik) di
Jawa bagian barat.Owa jawa tidak memiliki ekor, dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tangan yang panjang ini diperlukannya untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk
pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman.